Pemandangan Papua (Foto. Dok) |
Depan mata, janganlah berkedip
terus menatapnya
sebelai senyumanya bagai seutas tali
bunyian merdu menyatuhkan rasa meanrik dalam lembah perkasa
ingin ku dekat dengan terus walau waktu tak rela
tanpa terasa aku mulai bergerak mendekati
wajah yang jelita ku agungkan
ternyata itulah sebuah dunia mimpi
bukan karena terpaksa tetapi ia menginzinkan aku merayunya
aku rela jadikan dunia ini seindah pucuk yang tumbuh diranting pepohonan
lembut, hijau merona, mengilas rasa dalam adukan mimpi
terus menganggu ku dalam hembusan napasku aku pejamkan semua
truslah berlari menjemputnya bermula dari mimpin mengakirinya dalam kenyataan
air yang meresap dalam tanah memiliki muaranya
sekalipun engkAu sembunyi dibalik wajahmu, engaku ku tahu dari jendela mentari
aku akan selalu ikuti jejak menjadi dari pagi hingga senja
ku dapatkan segumpal rasa buat hati terasa membesar
tak ingin ku biarkan ia pergi dari hari ini untuk selamanya
ketika ia hadir dalam hari akan menjadi pohon yang terdiri teguh
setiap ungkapanya menjadi dahan-dahan yang memecahkan kalbu hingga berbunyi ketika musim kemarau di lembah itu semua lari membairkan wajahmu dan ketika musim semia semua kembali bagai burung
engkau kini dibairkan begitu hendak ku jadikan pengaku penganting
bairlah aku rela agar kelak dunia ini hilang semua datang dirahimu menikmati wanggian
aku buakngnya mansuai yang mencari ketuntungan dibalik perbuatan mimpi
hendak ku jadikan diri berkorbang unutk dunia agar sesamamku hidup di rumahku
kini aku mengemis padamu permata hatiku
ungkapalah gejolak suaramu agar ku kenang dan bersaura
suara masa depan untuk semua di Tanah dan Negri ini.
Karya Natan Tebai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar