KEJAHATAN NEGARA MELALUI TNI DI PAPUA BARAT,
DISTRIK TEMBAGAPURA KAMPUNG TSINGA PADA
TAHUN 1993-2001.
Oleh : Melcky Beanal
Berikut cerita nyata
kejahatan Negara Republik Indonesia melalui Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Pada Thn 1993 sampai dengan thn 2001, Di Distrik Tembagapura kampung Tsinga.
Berikut ceritany.
Pada tahun 1993 yang lalu TNI Operasi di wilayah
tembagapuara kampung tsinga di bawa kaki gunung puncak gartens Nemangkawi, Kampung
Tsinga terletak di Distrik Tembagapura bagian barat dari tembagapura.
Inilah
ceritanya, Desa Beanekogom pusat pemerintahan kampung Tsinga waktu itu baru
mulai buka sekolah di Kampung Tsinga mulai ramai dengan aktifitas persekolaan
dan itu awal mulanya pemerintah masuk. Pada waktu itu sekolah baru berumur
sekitar 1 thn empat bulan, Datanglah angota TPN-OPM dibawa
pimpinan Kelly Kwalik dan menaikan Bendera Pusaka Bintang Fajar yang berukuran
besar dan tebal kainya sampai Tiang Benera Pun ampir saja patah, setelah
pengibaran benderah bintang fajar, TPN-OPM Mengatakan kami hanya mengingatkan,
karena kami seluruh rakyat west papua tidak sama dengan Pemerintah Indonesia.
Setelah
tiga hari kemudian mereka melanjutkan perjalanan kampanye benderah dan
perjuangan papua merdeka maupun TPN-OPM itu sendiri menuju ke kampung Hoya,Kampung
Jila, Kampung Alamma Sampai Ke Puncak Papua (Ilaga).
Kejadian
pengibaran bintang fajar oleh TPN-OPM di Kampung Tsinga didengar oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) Sehingga derop
kekuatan Penuh TNI di kampung Tsinga dengan
mengunakan Helikopter maupun Jalan kaki dari Tembagapura menuju ke kampung Tsinga,
Pada waktu itu Masyarakat di kampung itu terauma dan takut sehingga mulai
penggungsian ke hutan termasuk Guru-guru SD yang sedang mengajar di SD Inpres Tsinga
Beanekogom.
Kampung
Tsinga terbagi 8 Kampung dan 8 Gereja terdiri dari, Kampung dan Gereja
Beanekogom, Kampung dan Gereja Dolininggokin, Kampung dan Gereja Bewilawak, kampung
dan Gereja Emtawaraoki, kampung dan Gereja Miniponogoma, kampung dan Gereja
Benganggin, Kampung dan Gereja Atuagama dan kampung dan Gereja Nosolanop.
Rata-rata
Delapan Kampung dan masing-masing Gereja
penggungsian ke Hutan, setelah penggungsian dua hari kemudian Satuan Militer
masuk di kampung tsinga dan membabi buta di kampung itu dan terjadi pengejaran
terhadap masyarakat sipil habis-habisan dalam operasi tersebut ada beberapa Masyarakat,
Kepala Suku Dan Toko Gereja Dibunuh Oleh Militer Indonesia.
Nama-nama
korban pada waktu itu adalah: Pertama : Alm. Pdt. Derek Beanal,Sth. Seorang
Pendeta baru saja selesai Sekolah Alkitab bahasa daerah Damal di Beoga sekarang
Kabupaten Puncak Papua (Ilaga), Pendeta Derek Beanal dibunuh oleh TNI di mata
jalan kebun, karena TNI Mendahului siap siaga Beliau Hendak
megambil makanan di kebun datang namun kedapatan dengan muliterom/ Moncong Senjata
sehingga beliau hendak berusaha lari dengan cara membalik belakang sehingga TNI
tembak dari belakang akhirnya Tulang belakang Patah dan Tali perut teramburan
di tanah, setelah mati TNI Melihat identitas beliau jelas didalam kartu dan Alkitab
dalam nokennya sehingga TNI itu
membaringkan beliau yang mati itu dengan baik di depan jalan, sehingga masyarakat
mengkuburkan pada hari berikutnya pada pagi hari.
Ketiga : Alm.Yulius Kum di bunuh di kampung mulu
pada pagi hari hendak pergi ambil makanan di kebun,TNI Mendahului siap siaga didepan
jalan kebun sehingga beliau dapat bunuh.
Keempata : Alm.Netigikal, Nikolaus Beanal dibunuh di
pertengaan jalanan oleh TNI yang jalan
kaki dari Tembagapura ke Tsinga. Alm hendak menjaga Tentara agar ibu-ibu bisa
ambil makanan dengan aman, namun tentara mendahului melihat dia (Alm) sehingga
dapat tembak kepala pecah hancur namun beliau berusaha melarikan diri tetapi
tak sanggup sehingga beliau menyembunyikan diri tetapi TNI Kejar sampai
menghilangkan nyawanya.
Kelima : Alm. Wonokilang Jawame beliau ditembak Hidup-hidup dan ikat tali Nelon dikedua kakinya lalu di ikatkan di Belakang
kosong mobil merk Toyota milik TNI yang dikhususkan patroli di area PT.FI tarik dari Mil 67 ke Kampung Banti sekitar
80m.dengan tujuan tunjuk muka ke keluarga, sampai di Banti kepala suku, tokoh
adat, tokoh agama mendesak untuk minta mayatnya untuk keluarga dimakamkan
tetepi TNI Berkata ini hasil buruhan kami, kami tidak bisa kasi ke kamu
keluarga lalu di bawa tarik seperti tadinya lalu menuju ke Tembagapuara, dari
Tembagapuara menuju lagi ke pertenggaan jalan tembagapura –timika dekat Terowongan,
mencurigakan buang ke tebing pertenggaan jalan Tembagapura-Timika, Kejadian ini
sangat tidak manusiawi oleh TNI pada waktu itu, Tarik Manusia diatas batu pasir
kirikil perjalanan panjang dari mil 67 ke Kampung banti kulit beliau
terkupas-kupas dijalanan itu. Kejadian di distrik Tembagapura . Tembak beliau Alm.
Jawame dalam pengibaran benderah Bintang Fajar ,dalam penyerangan TNI
Teman-temanya melarikan diri kehutan dan sempat membantu beliau Namun beliau
hanya berkata biar sudah saya mati kawan-kawan lari saja cepat penyerangan TNI
suadah dekat, maka teman-temanya tinggalkan beliau dan lari.
Pada
waktu itu mereka yang ditembak mati itu tidak dimakamkan dengan Peti mayat maupun
tidak pemakaman dengan terhormat, Masyarakat setempat dikuburkan hanya begitu
saja karena ketakutan. Dalam operasi itu juga banyak harta kekayaan seperti
binatang peliharaan, Babi, Ayam, Kelinci, Anjing, dibunuh habis-habisan dan
kebun-kebun seperti Kebun Pisang, Keladi,Petatas,Tebuh Dll dibabat rata oleh TNI
pada saat itu. Tidak hanya itu ada puluhan Rumah Warga yang ada di 8 (Delapan)
kampung sekitar 1000 (seribu) lebih rumah di bakar lenyap oleh TNI hanya Gereja
saja yang ditinggalkan atau tidak di bakar.
Ada
sekita 5 orang ibu-ibu dan 1 orang pemuda ditangkap dalam operasi itu, kejadian
penagkapan terhadap ibu-ibu itu belum diselidiki baik oleh lembaga kemanusiaan,
terkait setelah ditangkap diapakan oleh TNI terhadap Ibu-ibu yang dapat tangkap
tersebut.
Pada
waktu itu karena mendengar kabar kejadian kebrutalan TNI itu, Maka Masyarakat
Amungme yang ada di Timika dibawa pimpinan Gerardus Beanal dan Mantan karyawan
Malkon (malaria kontrol) sekarang Yan Beanal mendesak PT.Freeport minta Bus Angkutan
dan menuju Tembagapura sampai di Tembagapura gabung lagi dengan Masyarakat
Amungme di Kampung Banti, menuju ke Tsinga
dan mengamankan kejahatan TNI itu dan Masyarakat Mengumpulkan kembali, masyarakat
yang penggungsian di delapan kampung tersebut
semua dikumpulkan kembali ke Beanekogom dimana Pos TNI Berada.
Setelah
menyerah dari penggungsian pada waktu itu ada banyak kejadian pembantaian yang
dilakukan oleh Militer TNI, di antaranya paksa masyarakat untuk kerja angkat batu kali dari kali/ sungai beanekogoung
dan sungai makogoung dengan maksud
bangun Gereja setelah suda kumpul berhari-hari bakan bulan pembangunan tidak di
indahkan bangun Geraja dan ada banyak kejadian –kejadian tindakan kejahatan
militer pada waktu kasi Hamil putri-putri kampung tsinga, orangtuanya perotes
atas kejadian itu malah todong dengan moleterom senjata, pemukulan terhadap
putra – putra daerah di kampung itu.
Berita
ini kejadian nyata yang terjadi, Mulai pada tahun 1993- 2001, Mohon advokasi
kembali atas kejadian ini dari lembaga kemanusiaan.
Penulis Adalah Melcky Beanal Aktivis KNPB westpapuaolem@gmail.com/ beanalelkis@gmail.com/NO.