Foto ilustrasi. Ist.
Pasifik telah bangun! Mata Melanesia telah tertuju kepada Papua Barat (Provinsi Papua dan Papua Barat bentukan kolonial Indonesia). Media massa, diskusi, seminar, workshop dan panel bertema hak asasi manusia, masyarakat adat, militerisme, impunitas dan perjuangan untuk menentukan nasib sendiri selalu merujuk pada Bangsa Papua di Papua Barat.
Genosida secara perlahan-lahan yang dilakukan negara Indonesia melalui berbagai saluran pembunuhan telah diketahui oleh rakyat Melanesia dan Pasifik. Mereka kini berdiri untuk saudara-saudara mereka, kita, Bangsa Papua Barat ini, bersama menuju kemerdekaan Papua Barat. Pertanyaannya, sudahkah kita berkesepahaman, punya keberanian untuk menegaskan kebulatan tekad kita bahwa Bangsa Papua Barat ingin merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara merdeka?
Hai rakyat Bangsa Papua, jangan tunggu! Ini saatnya. Sekali lagi, ini saatnya!
Kau rakyat Bangsa Papua Barat yang di pesisir pantai, kau yang di pegunungan, kau yang di bibir tebing dan ngarai, kau yang di lembah, kau yang di lereng, marilah bersatu padu. Lihatlah di sana, seluruh elemen perjuangan pembebasan Papua Merdeka telah bersatu dalam satu wadah koordinasi: ULMWP! Persatuan telah bertunas. Mari pupuk.
Ini saatnya para Pegawai Negeri Sipil, para pekerja-pekerja sosial, para pemimpin partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Rakyat Papua (MRP) menunjukan di posisi mana keberadaan mereka! Tunjukkan saat ini, tunjukkan, tunjukan pada rakyat! Biarkan massa rakyat Papua Barat yang revolusioner menilai dirimu sebagai pahlawan dan bukan pengkhianat!
Hai kau, para PNS di lingkungan desa, distrik/kecamatan, kabupaten, provinsi, yang selama ini mengabdi demi tegaknya sistem penjajahan NKRI di atas teritori West Papua, ini saatnya kau mengambil sikap. Segera tunjukkan siapa kamu sebenarnya, di posisi mana keberadaanmu! Biarkan massa rakyat Papua yang revolusioner, yang sedang bergerak menuju gerbang merdeka ini menilai dirimu, apakah hadirmu di tengah bumi perjuangan Papua adalah pahlawan atau pengkhianat rakyatmu yang sejati!
Tulang belulang, leluhur, alam, Tuhan, semua melihat keputusan dalam hatimu! Ini saatnya!
Ini saatnya bagi para guru-guru di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, para dosen di Perguruan Tinggi berhenti menjadi penonton. Bila Anda orang Papua, bersimpati pada pejuangan berdarah rakyat Bangsa Papua Barat, tentukan sikapmu saat ini. Sebelum terlambat. Biarkan rakyat Papua Barat yang revolusioner, yang sedang bergerak menuju gerbang merdeka menilai dirimu, apakah kau pahlawan bagi kaummu, bangsamu yang dijajah ini, atau kau pengkhianat sejati!
Kau yang yang orang asli Papua yang bekerja sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Komando Pasukan Khusus, anggota Brigade Mobil, anggota Angkatan Udara, anggota Angkatan Laut, kau yang dosen dan pengajar di kemiliteran penjajah, segera tunjukan di pihak mana kau berada: di pihak rakyatmu yang dengan darah, keringat dan air mata sedang menuju gerbang merdeka tanpa gentar, atau di pihak penjajah yang justru membunuh rakyatmu, ayah ibumu, sanak saudaramu.
Tentukan pilihanmu di depan rakyatmu yang sedang bersatu menuju gerbang merdeka: kau pahlawan atau pengkhianat bangsa Papua Baratmu yang sejati!
Tulang belulang, leluhur, alam, Tuhan, semua melihat keputusan dalam hatimu! Ini saatnya!
Kau yang justisi, jaksa, hakim, kau yang penegak dan pegiat HAM, hukum dan demokrasi, ini saatnya kau melihat dengan mata hati derita rakyat tempatmu lahir tanpa merasa gentar pada penjajah. Jangan sayangi dirimu dan nyawa, pandang rakyat Bangsa Papua Barat yang tak berpendidikan tinggi sepertimu malah rela meletakan tubuh kerempeng mereka sebagai alas jalan terusnya perjuangan bangsa ini menuju gerbang merdeka. Tentukan pilihanmu saat ini dan tunjukan pada rakyatmu, di pihak mana kau berada: di pihak penjajah Indonesia atau rakyatmu Bangsa Papua Barat!
Tunjukan dengan sikap dan tindakan! Buktikan pada massa rakyat Papua Barat.
Kau yang Petani, Nelayan, Pedagang, Buruh dan Upahan, Kaum miskin kota, kau yang telah lama menderita di atas tanah airmu Papua Barat yang kaya raya karena dijajah dan dijarah Indonesia, kini saatnya kau tentukan sikap. Buatlah hidupmu berarti di jalan perjuangan ini. Kau yang paling mengerti dan merasakan bagaimana hidup seperti budak dan anak tiri di atas rumahmu, di atas tanah airmu. Lebih baik mati di medan juang daripada terus menderita dijajah! Buatlah hidupmu berarti. Hidup sekali dan setelah itu mati!
Kau yang pemuda, pemudi, kau yang pelajar, kau yang menganggur, kau yang bingung dengan arah dan tujuan hidup masa depanmu, jangan bimbang dalam bingkai pemikiran penjajah! Lihatlah derap langkah Bangsa Papua Barat, bangsamu, sedang melangkah menuju gerbang merdeka! Segeralah bergabung. Buatlah leluhurmu yang telah lebih dulu berkalang tanah karena jalan perjuangan ini bangga karena kau tidak sia-sia jadi cucu dan cicit mereka. Kau yang pemuda/Pemudi Papua adalah harapan mereka untuk menjadikan tanah, air, udara dan manusia Papua merdeka 100% di atas Tanah Papua.
Tulang belulang, leluhur, alam, Tuhan, semua melihat keputusanmu dalam hati! Ini saatnya!
Kau yang pesepakbola, atlet, kau yang olahragawan, ini saatnya kau tentukan sikapmu dengan tegas di pihak mana kau berada dan berpihak. Jangan ingin dijajah! Lihat rakyatmu yang dengan darah bercecer, luka rembah dan jiwa yang patah, tetap tegas dan fokus menuju gerbang merdeka! Kau, sumbangkan jasa dan keahlianmu untuk meningkatkan motivasi, menumbuhkan harga diri, meningkatkan percaya diri, menumbuhkan kepercayaan diri, itu tugasmu. Tunjukkan segara, di pihak mana kau berada: jangan khianati rakyatmu yang dengan setia berada di pinggir arena mendukungmu dan mencuri kebanggan dari setiap kemenanganmu.
Kau yang sarjana, kau yang pascasarjana, kau yang sedang kuliah alias mahasiswa, untuk apa ilmu itu bila setiap saat rakyatmu berkalang tanah dibunuh militer Indonesia? Untuk apa menghambakan diri dan menjilat pantat penjajah dengan mengabdikan seluruh ilmu pengetahuan yang kau peroleh dengan jerih payah dan kau bayar dengan uang hasil darah, keringat dan air mata orang tuamu yang telah lama berkalang tanah di medang juang melawan penjajah Indonesia?
Teganya kau membelot! Pengecut!! Cepatlah berdiri! Lihatlah, tempatmu adalah di depan barisan massa rakyat revolusioner Papua Barat yang sedang berjuang menuju gerbang merdeka: di depan rakyatmu, tunjukan di pihak mana kau yang putera tanah air ini berada!
Kau yang penulis, kau yang fotograter, kau yang juru berita, kau yang juru warta, ini saatnya kau tanpa gentar terus memberitakan semua derita bangsa kita, semua sisi kelam kita bersama penjajah Indonesia, semua kebiadaban mereka, semua yang mereka lakukan pada kita, genosida ini, semuanya, tulis, wartakan, sebarkan, pahalamu ada di sorga. Itulah tugas muliamu, membuka mata dunia akan busuk, kejam dan bengisnya penjajah terhadap bangsa kita di balik tirai Bhinneka Tunggal Ika-nya penjajah Indonesia ini. Tunjukan hidupmu berarti buat perjuangan ini. Tunjukan pada massa rakyat revolusioner ini, ke pihak yang benarlah kau kokoh dan tegar dan tak gentar, bahkan bila nyawa diincar penjajah laknat!
Tulang belulang, leluhur, alam, Tuhan, semua melihat keputusanmu dalam hati! Ini saatnya!
Akhirnya kita bersatu. Bangsa Papua Barat bersatu. Bersatu padu sebagai bangsa yang berkesepahaman dengan berani dan lantang berteriak Papua merdeka dengan segala cara. Sekali ini kita mendekat menuju Papua Merdeka, dan ini saatnya bergerak, entalah 10 tahun lagi, seperti 10 tahun lalu. Saat ini mungkin kita berbeda jalan perjuangan, kita berbeda tempat, kita berbeda kerja, kita berbeda peran, tapi derita kita sama: derita penjajahan! Sakit kita sama: sakit diinjak-injak harga diri bangsa kita! Luka kita sama: luka sejarah yang manipulatif. Impian kita sama: Papua Barat harus merdeka!!
Kita adalah Bangsa Papua di atas tanah air Papua Barat! Kita pasti capai tujuan. Teguhkan hati, bulatkan tekad. Jangan ragu, bahkan bila tunuh kerempeng kita jadi penyokong tetap hidupnya api juang. Jiwa dan roh kita, rasuki salah satu yang paling potensial di antara kita. Kita satu jiwa karena satu bangsa. Itu semboyan kita.
Salam One People One Soul. Merdeka!!!
Patrick Yakobus, aktivis Papua.