Ilustrasi |
Bekas penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua
memprediksi potensi terjadinya disintegrasi di Indonesia begitu besar.
Ia memprediksi sekitar tahun 2050 Indonesia akan terpecah-pecah menjadi
belasan negara bagian.
“Indonesia akan pecah jadi 12 negara baru seperti Aceh, Papua dan
Papua Barat,” kata Hehamahua di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta,
Selasa (15/9).
Mantan aktivis HMI itu melanjutkan potensi disintegrasi yang akan
menimpa Indonesia disebabkan banyak faktor. Mulai disparitas dan
kesenjangan ekonomi, tumbuhnya gerakan separatis kemudian penyakit
korupsi yang sudah merajalela di tanah air hingga ribuan pulau yang
hilang.
“Jika tidak pecah maka Indonesia akan hilang,”sambungnya.
Masih kata Hehamahua berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan sekitar tahun 2030 akan ada 3.000 pulau hilang. Ribuan pulau
yang hilang disebabkan faktor alam atau campur tangan manusia.
“Yang jelas ini soal waktu saja,” demikian Hehamahua.
Potensi terjadinya ‘balkanisasi’ di Indonesia pernah diutarakan jelas oleh Direktur Utama Komite Perdamaian Dunia (The World Peace Committe) Djuyoto Suntani beberapa waktu silam.
Ia memprediksi pada tahun 2015 Indonesia akan terpecah setidaknya
menjadi 17 negara bagian dengan pusatnya di Jawa, Madura dan Bali
(Jamali).
“Indonesia kini juga sedang digarap untuk dipcah-pecah menjadi 17
negara bagian oleh kekuatan kapitalisme dan neoliberalisme,” katanya
beberapa waktu silam.
Di tepi Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjend M Fuad Basya
membenarkan potensi terjadinya perpecahan di Indonesia. Hal tersebut
diperkuat dengan maraknya konflik yang terjadi belakangan ini.
“Kalau konflik semakin rusuh, ada yang senang melihat itu,” katanya
di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (22/7) menanggapi insiden
kericuhan di Tolikara, Papua.
Dia mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan segala potensi alam
yang besar, sehingga wajar ada negara lain yang ingin melihat hancur
terpecah-belah. Namun, saat ditanya negara mana yang memprovokasi
masyarakat dan ingin Indonesia terpecah belah, Fuad enggan
mengungkapkannya.
“Ada yang tidak ingin melihat indonesia maju, berkembang besar, Indonesia menjadi polopor,” ungkapnya.
Fuad berharap, masyarakat tidak mudah terpancing atas kabar-kabar provokatif dan emosinal.
“Kita harus waspada. Kita jaga tempat ibadah, sebab ada yang
memancing di air keruh. Kita tunjukkan bahwa bangsa indonesia adalah
bangsa yang kuat dan tidak gampang terprovokasi,” tuntasnya.
ferd
Sumber Klik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar