Sabtu, 04 April 2015

RENUNGAN MALAM UNTUK NASIB BANGSA

Jubir KNPB Bazoka Logo Bersama Sekjen Pusat KNPB Ones Nesta Gimbal (Foto, Nesta)

53 tahun sudah Papua Barat menjadi bagian NKRI. Tepatnya 1 Desember 2014 lalu, rakyat Papua merayakan HUT ke 53. Di usia ke-53, biarpun rakyat Papua sudah merasa merayakan kemerdekaan, tetapi belum ada pengakuan kedaulatan.

Untuk itulah tahun ini, rakyat Papua harus bangkit. Bersatu, untuk memperoleh kedaulatan Papua Barat sebagai bangsa. Sehingga HUT ke-54 Rakyat Papua bisa merayakan kemerdekaan tanpa ada tekanan, dan deskriminasi dari pihak lain. 

Sudah sekian lama, rakyat Papua menginginkan kemerdekaan itu. Keluar dari penindasan, tekanan, dan deskriminasi sosial bagi rakyat Papua. Dalam mencapai kemerdekaan itu, memanglah tidak mudah. Tidak sedikit pahlawan-pahlawan Papua yang telah gugur dalam menjalankan misi perjuangan. Pengorbanan yang tidak sedikit, korban waktu, harta bahkan nyawa.
Untuk itulah, sudah saatnya rakyat Papua bangkit untuk mengakhiri penderitaan yang sudah sekian lama dirasakan. 

Merdeka bukanlah sebuah hadiah atau piala yang langsung diberikan tanpa diperebutkan. Kemerdekaan juga tidak turun dari langit, jika kita tidak mencoba untuk memperjuangkannya. 

Banyak cara untuk berjuang, dengan aksi, dengan dukungan materiil dan moril bagi upaya-upaya yang akan dilakukan. 

Jangan lagi ada korban, bangkit, melawan, bukan untuk menyalakan genderang perang tetapi menuntut hak yang memang seharusnya sudah diberikan. Merdeka adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Akhiri penjajahan dan awali kejayaan West Papua. Salam perjuangan!
Kamis, 14 Juni 2012, (keterangan waktu bisa ditambahkan disini) contoh; Sore itu, suasana putaran Waena cukup ramai. Tampak Mako Tabuni, Ketua I KNPB tengah asyik mengunyah pinang di dekat jalan putaran waena. 

Ia begitu bersahaja dengan wajah tanpa curiga. Senyumnya masih tersungging sore itu, disapanya orang yang lewat dan mengenalnya. Tidak disangka jika, sore itu merupakan hari terakhir Mako menikmati pinang kesukaannya. Sore yang cerah, hari itu dikagetkan dengan suara tembakan yang menggelegar. Tanpa disadari orang-orang yang ada di putaran Waena, tubuh Mako menggelosor bersimbah darah.


Semua orang kaget dengan kejadian itu, Seorang saksi mata yang tidak bisa disebut namanya, mengatakan Mako ditembak oleh salah satu dari 3 mobil beriringan yang sore itu melintas. Siapa lagi pelakunya, jika bukan densus 88 yang sedang melakukan operasi teroris. Mako diangkut salah satu mobil, dan dikatakan Mako melawan, Mako membawa senjata dan lain-lain. Padahal, itu semua tidak benar. 

Mungkin memang Negeri ini, sudah tidak membuka ruang demokrasi bagi rakyat Papua yang menuntut haknya. Mako di tembak setelah melakukan jumpa pers yang mengkritisi aparat. 

Saat di tembak mati, Mako tidak pernah meninggalkan pesan. Tetapi kata-kata dalam jumpa pers terakhir, masih terngiang-ngiang dalam benak aktivis KNPB dan rakyat Papua.


" KNPB adalah media, dan hanya ingin menyerukan suara rakyat kecil. Kami ini hanya rakyat kecil yang tertindas dan tidak berdaya. Sehingga sangat disayangkan tindakan aparat yang membatasi ruang demokrasi rakyat Papua," ungkap Mako. Dikutip dari kata-kata jumpersnya yang dilansir sebuah media.
Kata Mako, rakyat ingin menyampaikan aspirasi dengan damai. Melalui lembagai penyalur aspirasi DPRP dan MRP. Tetapi penyampaian aspirasi itu selalu ditindak dengan represif dan brutal.


Mako, sosok pemuda yang punya karakter tegas ini, dalam orasinya sering menyerukan, "mati satu tumbuh seribu." 

Saat ini Mako telah memperoleh kenahagiaan sejati. Bersama bapaNya di surga. Tetapi ideologi Mako dan semangatnya, harus tetap berkobar bagi generasi berikutnya. Seperti apa yang selalu di serukannya. Mati satu tumbuh seribu. Itulah ideologi Papua untuk menuju kemerdekaan.


Vietnam 04 April 2015
By. Nesta Ones Suhuniap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar