Senin, 12 Januari 2015

AMP YOGYAKARTA : TEGAS TOLAK PEMBANGUNAN MAKO BRIMOB BARU DI JAYAWIJAYA

Anggota Brimob saat menghadiri apel nasional
 di Jakarta (Dok suarapapua.com
Kobogaunews, Kolonial Indonesia , Jogyakarta --  Sekretaris Aliansi Mahasiswa Papua [AMP] Komite kota Yogyakarta Telius Yikwa’ dengan tegas TOLAK Rencana pembangunan Markas Komando Brigadir Mobil (Mako Brimob), di Kabupaten Jayawijaya, Papua, dengan mengunakan tanah Adat. Selasa,(13/01/2014) siang.

 ‘’ Kehadiran Brigadir Mobil ( brimob) di seluruh tanah Papua merupakan ancaman serius bagi masyarakat Papua, lebih khusus masyarakat kabupaten  Jayawijaya yang rencananya akan dibangun Mako Brimob itu,” Ujara Yikwa”.

Lanjut Telius ‘’ Masyarakat Papua sejak tahun 1961 hingga saat ini hidup dibawa tekana, ketakutan, tondongan senjata api dan berbagai persoalan lain  aparat negara Indonesia di Papua.

Jangan lagi bangun Markas Komando Brigadir Mobil baru di seluruh tanah Papua dan Papua Barat  yang nantinya akan membunuh rakyat sipil yang tak bersalah.

Saat konflik antara warga Kurima dengan masyarakat Wouma di Wamena, aparat negara terutama pihak keamanan tidak buat apa-apa, tetapi justru nonton warga bertikai.
 

Kami lahir dan besar di tengah konflik dan berbagai permasalahan yang diciptakan oleh aparat (TNI,Polisi dan Brimob) negara indonesia, jadi kami tahu persis kelakuan aparat indonesia di Papua.

Telius Juga mengatakan agar pihak-pihak seperti , Polda Papua, Pemerintah Kabupate Jayawijaya, DPRD Kabupaten Jayawijaya, Gubernu ProvinasiPapua ,POlda Papua Barat, Gubernur Papua Barat dan semua pihak yang berkaitga, untuk tidak membangun Rencana pembangunan Markas Komando Brigadir Mobil (Mako Brimob), di Kabupaten Jayawijaya.

Seperti juga yang di tulis dalam media www.tabloidjubi.com Senin (12/01/2015)”, Mahasiswa Kabupaten Jayawijaya, wilayah Lanitipo, Wuka Lagowan, Asolokowal, Assotipo, pemilik hak ulayat tanah Molama, Wouma dan Megapura, menolak rencana pembangunan Markas Komando (Mako) Brimob di atas tanah adat mereka. Pasalnya, tanah adat mereka itu sumber ekonomi bukan untuk mendapatkan kekuasaan elit.

“Tanah Molama jadi lahan sumber ekonomi warga, tetapi elit hendak mengorbankan lahan ini demi kepentingan pemekaran dan kuasa. Karena itu kami tolak!”kata Bennyamin Lagowan bersama rekan-rekannya kepada awak media di Abepura, kota Jayapura, Papua.

Editor : Wenas Kobogau


Abi Douw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar