![]() |
Ketua KNPB Victor Yeimo (Foto, FB) |
Jayapura, KOBOGAUNEWS - Konflik kekerasan di West Papua bukan hal baru. Setengah abad lebih, sejak menguasai wilayah ,
West Papua telah menjadi ladang pembantaian dan eksploitasi Sumber Daya
Alam (SDA). Sudah waktunya, semua pihak, baik penguasa Indonesia,
penguasa negara-negara di maupun PBB
menyadari akar permasalahan West Papua dan mendorong proses penyelesaian
secara damai, demokratis dan final melalui referendum.
Dunia
harus memahami akar persoalan di Papua yang menyebabkan krisis
kemanusiaan dan eksploitasi besar-besaran, bahwa persoalan mendasar
rakyat pribumi West Papua adalah keinginan untuk menentukan nasib
sendiri, sedangkan Indonesia bekeinginan untuk menguasai wilayah ini,
dan memusnahkan pemilik wilayah ini.
Dua
keinginan itu tidak akan pernah disatukan bersama melalui proses
pendekatan dalam kerangka negara Republik Indonesia. Bila itu
dipaksakan, konflik kemanusiaan dan ekploitasi SDA akan terus
berlangsung. Itu berarti negara Indonesia dan dunia sengaja membiarkan
dan mendorong pemusnahan pribumi West Papua dengan tujuan menguasai wilayah ini.
Rakyat
West Papua sudah memahami bahwa, sangat tidak mungkin konflik kekerasan
dibawa penguasa yang menjajah diselesaikan melalui hukum penjajah.
Bagaimana mungkin pelaku mengadili pelaku? Dan bagaimana mungkin
penguasa mengakui dan menghentikan niatnya? Itu hal yang tidak mungkin,
karena penguasa akan terus melakukan pembenaran dengan kekuatan media
dan diplomasi negara, sehingga dunia tertipu dan saling menipu.
Bahwa
sejak awal, sebelum Indonesia menguasai wilayah ini, orang pribumi West
Papua telah berikrar untuk menentukan nasib mereka sendiri. Hak
penentuan nasib sendiri itu telah dimanipulasi melalui pelaksanaan
Pepera pada tahun 1969 yang keliru dan sangat menciderai hak-hak orang
Papua, bahkan standar-standar dan prinsip-prisip hukum dan HAM PBB.
Hak
penentuan nasib sendiri tidak terjadi, dan orang West Papua sejak saat
itu berjuang agar hak itu dilakukan kembali. Sejak itu juga, ribuan
orang telah menjadi korban militer Indonesia, ribuan telah mengungsi
keluar dan masih tinggal di camp-camp pengungsi.
Sampai
saat ini, di zaman yang terbuka, orang West Papua secara damai, terbuka
dan bermartabat menuntut hak penentuan nasib sendiri melalui aksi-aksi
damai, namun penguasa Indonesia dengan kekuatan militernya terus
menangkap, mengejar dan membunuh rakyat dan pejuang-pejuang West Papua.
Saatnya
dunia mendengar West Papua, melihat West Papua dan bicara untuk West
Papua. Saatnya dunia mendesak PBB bertanggung jawab atas sengketa
wilayah West Papua yang belum selesai dibawah hukum internasional.
Saatnya PBB menggelar referendum yang damai, demokratis dan final demi
keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian dunia.
Victor Yeimo [kETUA KNPB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar