Theresia Fransiska Tekege (foto Dok) |
Oleh : Theresia Fransiska Tekege
Seiring berjalannya waktu, hak-hak Perempuan Papua semakin
di injak-injak. Seakan-akan perempuan Papua di ciptakan hanya untuk menjadi
penonton di belakang layar di tengah perkembangan zaman yang semakin canggih
dan dewasa ini.
Bukannya perempuan Papua di ciptakan dari tulang rusuk lelaki Papua, untuk selalu mendampingi setiap lelaki Papua tanpa memandang dari sudut pandang apa pun?.
Sadarkah engkau, bahwa dengan kehadiranku membuat
Dunia-Papua semakin berwarna. Setiap sentuhanku mampu mmberikan keindahan.
Apakah engkau tak tahu, bahwa Surga terletak di bawah
telapak kaki Ibu yang adalah seorang wanita?
Mengapa ssa minta kko hargai diri ini?
Karena ssa lahir untuk menjadi 3 peranan:
Pertama, aku terlahir sebagai seorang anak
Kedua, aku terlahir sebagai seorang istri
Ketiga, aku terlahir sebagai seorang ibu.
Ketika kecil aku mulai di ajarkan untuk hidup yang teratur,
ketika mulai beranjak remaja aku melewati proses kehidupan yang sangat kejam,
ketika mulai beranjak dewasa dan mencoba menjalani hubungan, terkadang aku
tersakiti, terabaikan, terbuang bahkan dimanfaatkan oleh lelaki yang salah. Ketika
aku mulai menikah dan mengandung aku tersiksa: tidur serba susah, makan serba
mual, dll. 9 bulan aku berjuang berhati-hati untuk mempertahankan kebahagiaan kita. Aku
menjadi seorang ibu merasakan melahirkan.
Dan kko tau? Perjuangan untuk melahirkan itu amat sangat
menyakitkan.
Aku berjuang hidup dan mati untuk menyelamatkan titipan yang
Tuhan beri. Aku rela kehilangan nyawa demi buah hatiku. Aku menjadi ibu yang
menyayangi anak, membagi wktuku untuk pilihan hidupku. Menangis dan memohon
didalam Doaku untuk orang-orang yang aku sayangi. Diri ini bagai berlian yang
selalu bersinar.
Trus kenapa kko anggap ssa Gadies Melanesia_Papua ini dengan sebelah mata?
Terkadang ssa rela menjadi apa yang bukan ssa inginkan demi
orang yang ssa perjuangkan.
Aku, Perempuan mampu menyembunyikan air mata
menjadi sebuah senyuman, pada hal senyuman itu menaruh luka yang amat sangat
dalam. Jika ssa menangis bukan karena ssa lemah dan bukan juga
karena ssa tra dewasa.
Hari-hari berlalu aku berusaha menahan segala hal, ssa lebih
menggunakan perasaan di banding logika, bukan karena ssa bodoh, tetapi memang
itu Anugerah yang Tuhan berikan. Agar aku jauh lebih bisa mengerti dan
memahami. Jika ssa menangis ssa tra mampu sementara untuk tersenyum dan
berusaha untuk melegahkan hati.
Di manakah hatimu hai para Lelaki Papua?
Kenapa hakku engkau biarkan orang lain ambil dari hidupku?
Apakah diri ini tak pantas berkembang?
Mengapa engkau membunuh kehidupanku dengan segala macam penyakit yang kau ambil dari temanku di sebrang sana?
Mungkin aku Gadis Melanesia-Papua terlihat rendah dan tak berguna di matamu,?
Tapi ketahuilah, aku berusaha menerima itu tanpa amarah. Aku
hanya ingin, peluklah aku, hargai aku, rangkullah aku ketika mulai melemah,
genggamlah tanganku ketika aku mulai kehilangan arah dan hapuslah air mataku di
kala ssa tra mampu mengendalikan.
Mulut tak mampu berkata-kata, ingin ku biarkan hati yang
berbicara, agar engkau rasakan apa yang ku rasakan.
Aku akan terdiam bisu, menantikan engkau menghargai diri
ini, karena aku ingin melangkah maju bersaing dengan mereka di belahan bumi
sebelah bersama berkembangnya zaman.
Apakah selamanya perempuan akan menjadi sisi bawah
perjalanan sejarah di masyarakat Papua?
‘’ TIDAK ‘’. Segalanya kan berubah, karena perempuan yang paling mengerti masalah mendasar, karena perempuan adalah mama dan mama adalah perempuan yang bisa mengerti perasaan keluarga.
Rekan-rekan ini hanya tulisan lepas yang ssa tulis sembarang
karena ssa lihat perkembangan yang terjadi di Papua saat ini, Lelaki Melanesia-Papua
semakin hari semakin tidak menhargai perempuan dengan berbagai macam cara (
kekerasan, penindasan, dll ) seakan-akan Perempuan terlahir hanya jadi alat di
tangan mereka .
Terima kasih atas pengertiannya…!!
Ugatame Berkati torang
Amen
BalasHapus