Selasa, 22 September 2015

Surat Untuk Lelaki West Papua

Theresia Fransiska Tekege (foto Dok)
Oleh : Theresia Fransiska Tekege  

Seiring berjalannya waktu, hak-hak Perempuan Papua semakin di injak-injak. Seakan-akan perempuan Papua di ciptakan hanya untuk menjadi penonton di belakang layar di tengah perkembangan zaman yang semakin canggih dan dewasa ini.

 Bukannya perempuan Papua di ciptakan dari tulang rusuk  lelaki Papua, untuk selalu mendampingi setiap lelaki Papua tanpa memandang dari sudut pandang apa pun?.

Sadarkah engkau, bahwa dengan kehadiranku membuat Dunia-Papua semakin berwarna. Setiap sentuhanku mampu mmberikan keindahan.
Apakah engkau tak tahu, bahwa Surga terletak di bawah telapak kaki Ibu yang adalah seorang wanita?

Mengapa ssa minta kko hargai diri ini?

Karena ssa lahir untuk menjadi 3 peranan:
Pertama, aku terlahir sebagai seorang anak
Kedua, aku terlahir sebagai seorang istri
Ketiga, aku terlahir sebagai seorang ibu.

Ketika kecil aku mulai di ajarkan untuk hidup yang teratur, ketika mulai beranjak remaja aku melewati proses kehidupan yang sangat kejam, ketika mulai beranjak dewasa dan mencoba menjalani hubungan, terkadang aku tersakiti, terabaikan, terbuang bahkan dimanfaatkan oleh lelaki yang salah. Ketika aku mulai menikah dan mengandung aku tersiksa: tidur serba susah, makan serba mual, dll. 9 bulan aku berjuang berhati-hati untuk mempertahankan kebahagiaan kita. Aku menjadi seorang ibu merasakan melahirkan. 
Dan kko tau?  Perjuangan untuk melahirkan itu amat sangat menyakitkan.

Aku berjuang hidup dan mati untuk menyelamatkan titipan yang Tuhan beri. Aku rela kehilangan nyawa demi buah hatiku. Aku menjadi ibu yang menyayangi anak, membagi wktuku untuk pilihan hidupku. Menangis dan memohon didalam Doaku untuk orang-orang yang aku sayangi. Diri ini bagai berlian yang selalu bersinar.

Trus kenapa kko anggap ssa Gadies Melanesia_Papua ini dengan sebelah mata?

Terkadang ssa rela menjadi apa yang bukan ssa inginkan demi orang yang ssa perjuangkan. 
Aku, Perempuan mampu menyembunyikan air mata menjadi sebuah senyuman, pada hal senyuman itu menaruh luka yang amat sangat dalam. Jika ssa menangis bukan karena ssa lemah dan bukan juga karena ssa tra dewasa.

Hari-hari berlalu aku berusaha menahan segala hal, ssa lebih menggunakan perasaan di banding logika, bukan karena ssa bodoh, tetapi memang itu Anugerah yang Tuhan berikan. Agar aku jauh lebih bisa mengerti dan memahami. Jika ssa menangis ssa tra mampu sementara untuk tersenyum dan berusaha untuk melegahkan hati. 

Di manakah hatimu hai para Lelaki Papua?

Kenapa hakku engkau biarkan orang lain ambil dari hidupku?

Apakah diri ini tak pantas berkembang?

Mengapa engkau membunuh kehidupanku dengan segala macam penyakit yang kau ambil dari temanku di sebrang sana?

Mungkin aku Gadis Melanesia-Papua terlihat rendah dan tak berguna di matamu,?

Tapi ketahuilah, aku berusaha menerima itu tanpa amarah. Aku hanya ingin, peluklah aku, hargai aku, rangkullah aku ketika mulai melemah, genggamlah tanganku ketika aku mulai kehilangan arah dan hapuslah air mataku di kala ssa tra mampu mengendalikan.

Mulut tak mampu berkata-kata, ingin ku biarkan hati yang berbicara, agar engkau rasakan apa yang ku rasakan.
Aku akan terdiam bisu, menantikan engkau menghargai diri ini, karena aku ingin melangkah maju bersaing dengan mereka di belahan bumi sebelah bersama berkembangnya zaman.

Apakah selamanya perempuan akan menjadi sisi bawah perjalanan sejarah di masyarakat Papua?

‘’ TIDAK ‘’. Segalanya kan berubah, karena perempuan yang paling mengerti masalah mendasar, karena perempuan adalah mama dan mama adalah perempuan yang bisa mengerti perasaan keluarga.


Rekan-rekan ini hanya tulisan lepas yang ssa tulis sembarang karena ssa lihat perkembangan yang terjadi di Papua saat ini, Lelaki Melanesia-Papua semakin hari semakin tidak menhargai perempuan dengan berbagai macam cara ( kekerasan, penindasan, dll ) seakan-akan Perempuan terlahir hanya jadi alat di tangan mereka .

Terima kasih atas pengertiannya…!!
Ugatame Berkati torang
 
 

1 komentar: