Ils |
Banyak
orang selalu berpandangan, bahwa lebih baik banyak bekerja dari pada
banyak berbicara atau banyak menulis. Bahkan orang-orang tersebut justru
gemar melarang orang lain untuk “jangan banyak berbicara dan menulis”.
Menurut mereka, berbicara dan menulis tidak ada manfaatnya. Menurut
mereka, berbicara dan menulis bukan pekerjaan. Dan menurut mereka,
berbicara dan menulis tidak menghasilkan apa-apa.
Apakah benar
berbicara dan menulis itu tidak penting dan tidak bermanfaat? Apakah
benar berbicara dan menulis itu bukan “kerja”? Apakah benar hanya kerja
tanpa berbicara dan menulis sajalah yang dapat menghasilkan sesuatu? Apa
yang orang tertentu pahami tentang “berbicara”, “menulis”, dan
“bekerja”?
Dua contoh betapa sangat pentingnya berbicara dan
pengaruhnya. Pertama, pada saat terjadi Perang Dunia II, dimana Inggris
sedang mengalami agresi militer yang luar biasa dari tentara Jerman dan
sekutunya, Perdana Menteri Inggris saat itu, Sir Winston Churcill,
menghadiri sebuah acara wisuda sebuah universitas di Inggris dan naik ke
mimbar untuk berpidato. Ia memandang tajam para sarjana baru, lalu
berkata, “Never give up, Never give up.” Setelah diam 30 detik, ia
berkata lagi, “Never give up, Never give up.” Kesunyian kembali mencekam
di seluruh ruangan acara wisuda sedang dilaksanakan. Sekali lagi, suara
Churcill menggema, “Never give up, Never give up.” Pidatonya yang
singkat ini akhirnya memberikan semangat juang yang tinggi kepada
tentara Inggris yang sedang bertempur di medan perang. Akhirnya, sejak
itu Inggris meraih kemenangan yang gemilang yang tidak pernah
dibayangkan sebelumnya. Kedua, pada tanggal 28 Agustus 1963, Martin
Luther King Jr. menyampaikan pidatonya yang monumental berjudul “I Have A
Dream”, di Lincoln Memorial Washington DC. Pidatonya ini kemudian
menjadi inspirasi dan tonggak awal anti-rasisme di Amerika Serikat,
sehingga kemudian rasisme dihapuskan dari aturan perundang-undangan dan
prakteknya di Amerika Serikat.
Dua contoh betapa sangat
pentingnya menulis dan pengaruhnya. Pertama, pujangga besar Perancis,
Voltaire, yang terkenal karena kata-katanya, “Pena lebih tajam daripada
pedang”, mempunyai andil besar dalam perubahan sistem perpolitikan
Perancis melalui tulisannya. Melalui tulisan-tulisannya, seperti
l’ingenue, Zadig, dan Lettres Philosophiques sur les Anglais dan melalui
orang lain yang menjadi penulis akibat inspirasinya, seperti D’Anton,
Marat, dan Robespierre, akhirnya berandil besar bagi Revolusi Prancis
dan mengubah sistem politik Monarkhi (absolut) menjadi Republik
(demokratis). Kedua, buku “Max Havelaar” karangan Multatuli merupakan
salah satu karya klasik dalam kesusastraan Indonesia. Isi buku tersebut
mengkritisi praktek tanam paksa oleh kolonial Belanda, yang akhirnya
membuka kesadaran para borjuasi Eropa (terutama Belanda), bahwa kekayaan
dan kemakmuran yang selama ini mereka nikmati adalah merupakan hasil
darah dan keringat dari bangsa jajahan mereka. Akhirnya, buku tersebut
menginspirasi para politisi Belanda untuk menggulirkan politik etis,
dimana dilakukan semacam ‘balas jasa’ terhadap Indonesia, atas
penjajahan yang mereka lalukan selama ini. Akses pendidikan tersebut
justru dimanfaatkan oleh misalnya, Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, dan
lainnya, sebagai bekal intelektual untuk melawan imperialisme Belanda.
Dan akhirnya, Indonesia diproklamirkan sebagai negara merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Selain masing-masing dua contoh penting
dan berpengaruhnya berbicara dan menulis tersebut, masih banyak contoh
lainnya yang dapat dipelajari dan diambil manfaatnya. Dunia telah
membuktikan bahwa berbicara dan menulis telah menghasilkan banyak
perubahan yang luar biasa, yang pengaruhnya ke dalam hampir semua
dimensi kehidupan manusia secara fundamental. Dengan berbicara dan
menulis, banyak orang telah mengubah kehidupan dari kehidupan yang
awalnya buruk dan salah menjadi kehidupan yang baik dan benar.
Dengan adanya fakta seperti ini, lagi pula memang benar bahwa berbicara
dan menulis itu penting dan punya pengaruh yang luar biasa bagi kebaikan
dan kebenaran kehidupan, maka apabila ada orang tertentu yang merasa
dan melarang orang lain untuk berbicara dan menulis, maka orang tersebut
telah salah pikir, salah bicara, dan salah bertindak. Orang tersebut
rupanya telah memahami kata dan hal “berbicara” dan “menulis” dari
perspektif yang sempit dan dangkal. Orang tersebut pun rupanya telah
memahami kata dan hal “kerja” dari “kacamata kuda”. Rupanya orang
terebut tidak mehami bahwa berbicara dan menulis pun merupakan bagian
dari pekerjaan yang punya pegaruh yang luar biasa.
Yang
seharusnya dilarang adalah menulis dan berbicara untuk kepentingan
negatif. Maksud “kepentingan negatif” adalah mengungkapkan dan/atau
menuliskan kata-kata yang bertujuan untuk melawan kebaikan dan kebenaran
hakiki dalam ruang dan waktu apapun. Hal seperti inilah yang harus
dijadikan sebagai common enemy (musuh bersama) segenap umat manusia yang
mencintai kebaikan dan kebenaran hakiki.
(Dumupa Odiyaipai)
http://www.odiyaiwuu.com/2015/09/berbicara-dan-menulis-itu-penting-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar