lustrasi Israel di Papua (Foto.DOK KOnews) |
Sikap Indonesia ini dapat dipahami sebab solidaritas atas kesamaan agama adalah
hal yang wajar, walaupun tak dapat dipungkiri juga bahwa banyak negara penganut
agama lainnya pun memberikan dukungan yang luar biasa bagi kemerdekaan
Palestina dan mengukut penjajahan Israel atas Palestina.
Indonesia
sebagai negara penganut “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, seharusnya
memberikan dukungan dan kutukan yang sama bagi gerakan kemerdekaan dan aksi
penjajahan di seluruh belahan dunia. Dalam pespektif kemanusiaan, hal ini
semacam ini harus dilakukan melampaui batas keagamaan.
Indonesia bisa mendukung
kemerdekaan bangsa yang beragama lain, selain Islam. Indonesia bisa mengutuk
aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama apapun, termasuk oleh
bangsa penganut agama Islam sendiri. Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui”
gerakana kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama Islam dan
“menyalahkan” gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama
lainnya.
Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui” aksi penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa penganut agama Islam dan “menyalahkan” aksi penjajahan
yang dilakukan oleh bangsa penganut agama lainnya. Apapun agamanya, kemerdekaan
tetaplah kemerdekaan dan harus didukung. Apapun agamanya, penjajahan tetaplah
penjajahan dan harus dikutuk dan dilawan.
Yang jauh
lebih penting adalah Indonesia tidak boleh menjadi bangsa penjajah. Indonesia
yang pernah mengalami penjajahan oleh bangsa lain dan Indonesia yang kini gemar
mengutuk aksi penjajahan (terutama dalam hal Palestina) “harus tidak boleh”
menjajah bangsa lain. Indonesia jangan menjadi bangsa munafik, yang mengutuk
penjajahan oleh bangsa lain, tetapi pada saat yang sama justru menjadi penjajah
yang ulung terhadap bangsa lain.
Jika
hubungan antara Indonesia dan Papua dilihat dari perspektif ini, maka sikap
“anti-penjajahan” yang selama ini ditunjukkan oleh Indonesia dapat diragukan.
Indonesia gemar mengutuk penjajahan dimana-mana (terutama dalam hal Palestina),
tetapi pada saat yang sama pola kekuasaan yang dijalankan atas wilayah Papua
cenderung bersifat “menjajah”. Lihat saja contoh aksi penjajahannya; orang asli
Papua ditintas dan dibantai, tanahnya dicaplok dan diduduki, dan kekayaan
alamnya dirampok, dimana kesemuanya itu dilakukan secara terencana, sistematis,
dan masif. Hal semacam ini adalah “aksi klasik” yang biasanya hanya dilakukan
oleh penjajah. Dan tentu saja hal semacam ini menjurus pada tindakan
“genosida”.
Dimanakah
“Ketuhanan yang Maha Esa” dan “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang katanya
dianut dan dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia?
Mengapa Indonesia mengutuk
aksi penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, tetapi pada saat
yang sama Indonesia menjadi aktor penjajah yang ulung atas Papua? Jika masalah
Papua adalah “masalah dalam negeri” Indonesia, mengapa Indonesia justru
mencampuri “masalah dalam negeri” Israel terhadap Palestina? Jika alasan
“agama” Islam dijadikan patokan untuk mengutuk aksi penjajahan Israel atas
Palestina, mengapa sebagai penganut mayoritas agama Islam bangsa Indonesia
justru menjajah Papua?
Apakah agama Islam mengajarkan perlunya mengutuk
penjajahan Israel atas Palestina dan perlunya dilakukan penjajahan oleh bangsa
Indonesia atas Papua?
Oleh : Dumupa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar