Minggu, 01 Maret 2015

MENGUTUP ISRAEL, MENJAJAH PAPUA

lustrasi Israel di Papua (Foto.DOK KOnews)
Sebagai negara penganut agama Islam terbesar di dunia, Indonesia tak henti-hentinya mendukung kemerdekaan Palestina dan mengutuk aksi penjajahan Israel atas Palestina. Alasan pemberian dukungan dan kutukan tersebut lebih banyak disebabkan oleh faktor agama, dimana mayoritas warga Palestina adalah penganut agama Islam dan Yerusalem dianggap sebagai salah satu kota suci agama Islam. 

Sikap Indonesia ini dapat dipahami sebab solidaritas atas kesamaan agama adalah hal yang wajar, walaupun tak dapat dipungkiri juga bahwa banyak negara penganut agama lainnya pun memberikan dukungan yang luar biasa bagi kemerdekaan Palestina dan mengukut penjajahan Israel atas Palestina.



Indonesia sebagai negara penganut “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, seharusnya memberikan dukungan dan kutukan yang sama bagi gerakan kemerdekaan dan aksi penjajahan di seluruh belahan dunia. Dalam pespektif kemanusiaan, hal ini semacam ini harus dilakukan melampaui batas keagamaan. 

Indonesia bisa mendukung kemerdekaan bangsa yang beragama lain, selain Islam. Indonesia bisa mengutuk aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama apapun, termasuk oleh bangsa penganut agama Islam sendiri. Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui” gerakana kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama Islam dan “menyalahkan” gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama lainnya. 

Jangan hanya “membenarkan” dan “mengakui” aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama Islam dan “menyalahkan” aksi penjajahan yang dilakukan oleh bangsa penganut agama lainnya. Apapun agamanya, kemerdekaan tetaplah kemerdekaan dan harus didukung. Apapun agamanya, penjajahan tetaplah penjajahan dan harus dikutuk dan dilawan.


Yang jauh lebih penting adalah Indonesia tidak boleh menjadi bangsa penjajah. Indonesia yang pernah mengalami penjajahan oleh bangsa lain dan Indonesia yang kini gemar mengutuk aksi penjajahan (terutama dalam hal Palestina) “harus tidak boleh” menjajah bangsa lain. Indonesia jangan menjadi bangsa munafik, yang mengutuk penjajahan oleh bangsa lain, tetapi pada saat yang sama justru menjadi penjajah yang ulung terhadap bangsa lain.


Jika hubungan antara Indonesia dan Papua dilihat dari perspektif ini, maka sikap “anti-penjajahan” yang selama ini ditunjukkan oleh Indonesia dapat diragukan. Indonesia gemar mengutuk penjajahan dimana-mana (terutama dalam hal Palestina), tetapi pada saat yang sama pola kekuasaan yang dijalankan atas wilayah Papua cenderung bersifat “menjajah”. Lihat saja contoh aksi penjajahannya; orang asli Papua ditintas dan dibantai, tanahnya dicaplok dan diduduki, dan kekayaan alamnya dirampok, dimana kesemuanya itu dilakukan secara terencana, sistematis, dan masif. Hal semacam ini adalah “aksi klasik” yang biasanya hanya dilakukan oleh penjajah. Dan tentu saja hal semacam ini menjurus pada tindakan “genosida”. 


Dimanakah “Ketuhanan yang Maha Esa” dan “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” yang katanya dianut dan dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia? 

Mengapa Indonesia mengutuk aksi penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, tetapi pada saat yang sama Indonesia menjadi aktor penjajah yang ulung atas Papua? Jika masalah Papua adalah “masalah dalam negeri” Indonesia, mengapa Indonesia justru mencampuri “masalah dalam negeri” Israel terhadap Palestina? Jika alasan “agama” Islam dijadikan patokan untuk mengutuk aksi penjajahan Israel atas Palestina, mengapa sebagai penganut mayoritas agama Islam bangsa Indonesia justru menjajah Papua? 

Apakah agama Islam mengajarkan perlunya mengutuk penjajahan Israel atas Palestina dan perlunya dilakukan penjajahan oleh bangsa Indonesia atas Papua?

Oleh : Dumupa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar