Ilustrasi Pembantaiaan Warga sipil di Paniai Oleh aparat gabungan TNI/POLRI |
MENUJU PEMBEBASAN…! PAPUA HARUS JADI TARUAN
Pengorbanan anak negeri Papua mencari keadilan menuju Pembebasan Nasioanl Bangsa Papua Barat, tinggalkan orang tuanya, kuliah, anak, istri, saudara dan kampung halaman. Keluar dari istana abadi, pergi berjuang melibatkan diri dalam tugas revolusi demi mewujudkan impian rakyat Bangsa Papua. Sepanjang jalan di arena perjuangan bersama penderitaan berliku-liku, dikawal dengan laras dan senjata hitam. Cucuran air mata darah bercampur keringat, membasahi seluruh tubuh anak negeri dan kenah trik mata hari.
Rakyat Papua bersyukur Gerakan mudah yang membangkitkan semangat perjuangan menuju Papua Merdeka, Gerakan Muda tidak pernah berpikir makan dan minum tetapi bagimana bangsa bisa keluar dari penjajahan ini. Gerakan mudah juga membangkitkan anak-anak negari Papua dari pante ke gunun, dari telagga, pesisir dan danau, gerakan ini serentak dan Papua menjadi perhatian dan dunia. Air mata rakyat Papua mengalir seperti sungai, getir rasanya. Peluruh selalu meranpas nyawa orang Papua yang kerap kali selalu menjadi tugas and tanggun jawab kita bersama.
Mengapa kematian yang diakibatkan peluru ini belum juga berakhir? Mungkinkah di suatu hari kelak tidak ada lagi anak-anak negari yang mati karena peluruh yang kejam.
Kamatian anak-anak negeri Papua menegaskan bahwa perjalanan kaum yang dikalakan yang dijiwai oleh darah perjalanan sejarah adalah perjalanan menuju menyatunya ideology menjadi kapitalisme. Semantara sejarah Papua bergerak menuju menetukan nasibnya sendiri sebagai warga Negara yang bermartabat dengan warga Negara yang lain di dunia. Sebagai manusia yang merdeka, bukan hanya merdeka dari ketakutan akan peluruh yang tiba-tiba melezat dan merampas hidup orang Papua, tetapi rakyat Papua bisa menuntukan nasip sendiri.
Orang Papua bisa menikmati hak-haknya, bukan menyaksikan hak-haknya diambil oleh orang lain. Inilah artinya merdeka sebagai manusia, menyaksikan dan merasakan sejarah para korban kita mencium bau anyir darah, tidak ada suka cita kemenangan, tetapi duka cita karena kematian anak-anak negeri Papua yang sangat murah itu.
Dan mengapa orang Papua selalu berduka cita terus menerus, tidak ada suka cita? Mengapa orang Papua selalu sakit dan sedih, tak pernah tersenyum? Karena yang terjadi di negeri emas ini adalah: Papua jajah Papua, teman jual teman, istri jual suami, bapak jual anak, marga jual marga, dan suku jual suku. Hal ini dilakukan hanya untuk mendapatkan sebatang rokok dan sepiring nasi. Maka air mata mama Papua tak pernah berakhir dan yang ada hanyalah menangis dan menderita.
Anak negari Papua menderita di balik terali besi, jadi geryawan hutan brantara, jadi trasing negeri orang, jadi tembak mati, mama duduk menangis di sambil menonton orang kuras harta kekayaannya. Bukannya ini sejarah yang tidak pernah di catat, bahwa mereka belum menjadi pelaku aktif yang bagi sejarah bangsa papua.
Terjadi diabaikan kematian anak-anak negari yang di rekampun hanya milik mereka yang agung, tetapi para budak dan serdadu yang terlihat hampir tak pernah bahkan tidak pernah sama sekali di sebut namanya, hidup merekapun tidak berharga, dalam kitab sejarah, lihatlah peluruh sedang mencari nyawa orang Papua, korban berjatuhan terus, darah anak-anak negari mengalir terus-menerus bagaikan sungai yang mengalir siang dan malam tampa tiada hengti.
Benar…!!!Papua adalah selalu tanda merah dan hitam “Papua Zona Darurat”. Sejarah kita bangun sendiri, kekalahan dan kekalahan, kegetiran yang selau silih berganti akan membuat dahaga kita akan kemanusian yang akan merdeka semakin besar, arus sejarah akan semakin deras dan mungkin tak lagi akan terbendung rasa kala tidak perlu mengedepankan. Kita harus melawan and melawan untuk merebut kekuasaan wilayah telitori West Papua.
Oleh : Mecky Yeimo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar