Ilustrasi Aksi KNPB |
Kutuliskan kata ini walau terasa sakit di hati, mengenang engkau yang
masih berdiri tegap, melangka maju penuh kepastian. Namamu terukir
indah di setiap pemberitaan palsu. Walau para penindas terus mencoreng
harkat dan martabat kita, walau terasa hampa di jalur ini, walau tiada
pernah kau duga kapan smua ini berakhir. Kau bungkus nuranimu dengan
penuh kepastian, walau seribu peluruh dan ting-teng militer penjajah
terus mengejarmu.
Diatas negeri leluhurmu kau ukir sejarah
negeri. Engkau yang tegap dibelantara, mendaki seribu gunung tanpa
merasa lelah, mencari nasip negeri yang hilang dicuri para penindas itu.
Engkau bagai lilin kecil dalam kelamnya malam, yang memberikan
kepastian kepada anak negeri yang sisa-sisa ini, bahwa hari esok ada
keadilan karena kebenaran itu sejatinya hidup, dan engkau terus
menghidupkannya. Dan engkau yang di hutan, di penjara, di pengasingan
negeri seberang terus meyakinkan hati kami yang sisa-sisa ini, bahwa
hari esok adalah hari kemenangan kami.
Mereka, para
penindas itu, dengan wajah kebenaran palsu, terus menunjuk kita
pemberontak, teroris, separatis, pengacau, bodok, kanibal dan lain-lain
demi hawa nafsu mereka untuk menguasai tanah surga ini. Setiap layar tv,
koran, radio dan internet digunakan untuk memojokan kita. Anak negeri
kita, tanpa sadar, demi sepeser uang dan popularitasnya terus
menyudutkan kami, tanpa mereka sadari bahwa kita sedang berkorban, dan
setiap piluh darah yang menetes itu, bersama nyamuk hutan itu, dan
bersama lumpur dan pecek yang menyengat itu, dan sakit maag yang kita
derita tidak akan pernah mereka tahu.
Tapi, demi sebuah
keyakinan yang telah kita torehkan, dan demi sebuah panggilan mulia, ku
katakan kepadamu kawan serdadu di jalan-jalan, disudut kota-kota yang
dibangun penjajah, dihutan, di lembah-lembah itu, dipantai-pantai itu
dan demi mereka dibalik jeruji penjara penjajah dan engkau yang terasing
demi negeri ini: satu langka kita hari ini adalah seribu langka pasti.
Tak ada kekuatan bagi penindas untuk berkuasa, sebab ketamakan dan
kekejaman penguasa selalu diruntuhkan oleh kaum tertindas, karena
kekuatan kita adalah kebenaran hakiki, kebenaran yang sejati, dan demi
kebenaranlah penjajah pasti kalah.
Hai tanahku Papua, kau
tanah lahirku, kau hendak ku kasihi sehingga ajalku, sebab yang kunanti
tiada lain hanya pembebasan. Doa ibu, mama tanah kita, di masa revolusi
masih terdengar, walau hanya samar-samar, sebab suaranya semakin serak,
karena para penindas tak henti-hentinya menggerogotinya dengan penuh
nafsu. Mama tanah, masihkah engkau kuat memikul beban negeri ini? kami
haus dan lapar dibelantara hijau ini. Kami hampa tak berdaya dibalik
jeruri dan tembok penjara penjajah ini. Kami ingin terlindung dalam
pelukanmu yang hangat walau hanya sedetik, karena demi engaku kami harus
terus berlari mendaki, terkurung tak berdaya dan terasing di negeri
orang. Karena engkau, karena engkau....karena
engkau.......................!!!
Ketua Umum KNPB Victor Yeimo : 19 Agustus 2011, 00:07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar